Hujan lebat mengguyur Sukabumi, Jawa Barat, sejak Selasa, 3 Desember 2024, hingga Rabu pagi, memicu serangkaian bencana alam berdampak besar bagi warga setempat. Tidak hanya menyebabkan banjir hingga setinggi 2 meter, hujan deras memicu tanah longsor dan pergerakan tanah di beberapa wilayah rawan. Memaksa puluhan warga dievakuasi ke tempat pengungsian yang lebih aman, dengan bantuan aparat keamanan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta relawan setempat. Mengingatkan rentannya wilayah dengan kondisi geografis seperti Sukabumi terhadap bencana hidrometeorologi.
Bencana ini potret nyata bagaimana masyarakat setempat harus menghadapi situasi sulit dengan ketangguhan luar biasa. Meski menghadapi kehilangan tempat tinggal, gangguan aktivitas sehari-hari, dan ancaman keselamatan, warga Sukabumi menunjukkan solidaritas yang kuat dengan saling membantu satu sama lain. Upaya gotong royong ini bagian penting dari pemulihan awal, sembari menunggu bantuan dari pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya. Artikel ini akan membahas kejadian bencana, proses evakuasi, dampak kerusakan, serta upaya penanganan yang dilakukan untuk meringankan beban warga terdampak.
Hujan Lebat Selama Dua Hari: Penyebab Utama Banjir dan Longsor
Hujan deras berlangsung selama lebih dari 24 jam menjadi penyebab utama banjir di Sukabumi. Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Pelabuhan Ratu, Komisaris Polisi Roni Haryanto, menjelaskan luapan air dari sungai Cisawo dan Cigangsa berkontribusi besar terhadap tingginya banjir, mencapai hingga 2 meter di beberapa wilayah. Curah hujan tinggi menyebabkan debit air di kedua sungai meluap dan merendam kawasan pemukiman serta fasilitas umum. Warga yang terdampak langsung dievakuasi ke posko siaga bencana yang didirikan di titik-titik strategis.
Tidak hanya itu, tanah jenuh akibat curah hujan terus menerus memicu tanah longsor di sejumlah wilayah rawan. Desa-desa seperti Mekarsakti, Mandrajaya, dan Tamanjaya mengalami dampak sangat parah, beberapa jalan tertutup material longsoran menyulitkan akses bantuan. Intensitas hujan yang tidak wajar ini peringatan tingginya risiko bencana hidrometeorologi di Sukabumi, semakin diperburuk oleh degradasi lingkungan seperti penggundulan hutan, alih fungsi lahan, dan kurangnya pengelolaan drainase yang memadai.
Selain faktor alam, aktivitas manusia memiliki kontribusi terhadap bencana ini. Hilangnya kawasan hutan sebagai penahan air alami akibat aktivitas penebangan liar dan pembangunan tanpa perencanaan lingkungan membuat daya serap tanah semakin berkurang. Akibatnya, air hujan tidak dapat diserap secara maksimal, sehingga langsung mengalir ke sungai dan menyebabkan banjir bandang. Semakin seringnya bencana terjadi, Sukabumi membutuhkan upaya mitigasi lebih serius, termasuk reboisasi, pengelolaan tata ruang berkelanjutan, serta edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.
Lokasi Banjir Terdampak: Dari Desa Mekarsakti hingga Cidolog
Banjir di Sukabumi merata di beberapa kecamatan, termasuk:
1. Kecamatan Palabuhan Ratu
Salah satu wilayah terdampak paling parah, Kecamatan Palabuhan Ratu menjadi pusat perhatian penanganan bencana ini. Ketinggian air mencapai 2 meter memaksa warga untuk meninggalkan rumah. Proses evakuasi dilakukan besar-besaran oleh tim gabungan dari BPBD, kepolisian, dan relawan lokal. Fasilitas umum seperti sekolah dan masjid digunakan tempat penampungan sementara bagi para pengungsi. Meski bantuan logistik mulai berdatangan, terbatasnya akses ke beberapa lokasi menjadi kendala utama.
2. Kecamatan Ciemas
Banjir di Kecamatan Ciemas melumpuhkan aktivitas di lima desa utama, yaitu Desa Mekarsakti, Desa Mandrajaya, Desa Tamanjaya, Desa Ciwaru, dan Desa Ciemas. Air setinggi 2 meter merendam rumah-rumah warga, sawah, dan jalan utama, membuat beberapa desa terisolasi. Evakuasi dilakukan menggunakan perahu karet untuk menjangkau warga yang terjebak di rumah mereka. Warga yang mengungsi ke posko bencana menghadapi keterbatasan fasilitas, seperti pasokan makanan, selimut, dan air bersih. Pemerintah setempat terus berupaya mengirimkan bantuan, meski kondisi medan sulit memperlambat proses distribusi.
3. Kecamatan Cidolog, Gegerbitung, Tegalbuleud, hingga Pabuaran
Wilayah-wilayah ini merasakan dampak banjir yang meluas akibat intensitas hujan tinggi. Tidak hanya pemukiman, fasilitas umum seperti pasar dan sekolah terendam. Banyak warga kehilangan mata pencaharian sementara, terutama petani sawahnya terendam air banjir. Sebagian besar pengungsi berasal dari wilayah ini, di mana BPBD mendirikan posko tambahan untuk menampung warga yang terus berdatangan. Luasnya cakupan banjir ini menunjukkan besar skala bencana, menjadi tantangan tersendiri bagi upaya penanganan yang dilakukan oleh berbagai pihak.
Bencana yang merata di berbagai kecamatan ini pengingat pentingnya perencanaan mitigasi bencana untuk meminimalkan dampak di masa depan.
Tanah Longsor di Sukabumi: Kerusakan Infrastruktur dan Ancaman Baru
Selain banjir, tanah longsor juga menjadi bencana besar di Sukabumi. Kepala Pelaksana Harian BPBD Sukabumi, Deden Sumpena, melaporkan sedikitnya 18 kawasan mengalami longsor, termasuk:
- Desa Sangrawayang dan Desa Loji di Kecamatan Simpenan
- Desa Sirnaresmi di Kecamatan Cisolok
- Desa Babakan Panjang di Kecamatan Nagrak
- Desa Cibaregbeg di Kecamatan Sagaranten
Longsor tidak hanya menutup jalan dan akses desa, tetapi menghancurkan beberapa rumah warga, menambah beban psikologis dan fisik pada korban bencana.
Evakuasi Warga: Peran Penting Aparat dan BPBD
Hingga Rabu siang, 50 warga berhasil dievakuasi oleh tim gabungan terdiri dari kepolisian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta relawan lokal. Proses evakuasi ini dilakukan di tengah arus banjir yang deras, cuaca buruk, serta akses jalan terputus akibat genangan air dan tanah longsor. Tim penyelamat menggunakan perahu karet dan alat bantu lainnya untuk mencapai lokasi yang sulit dijangkau, seperti desa-desa terpencil yang terdampak parah. Meski menghadapi keterbatasan peralatan dan tenaga, kerja sama yang solid antarinstansi kunci keberhasilan evakuasi ini.
Untuk memberikan perlindungan sementara bagi warga terdampak, posko siaga bencana didirikan di beberapa titik strategis. Posko-posko ini dilengkapi dengan kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, serta layanan kesehatan darurat. Kepala Kepolisian Sektor Ciemas, AKP Deni Miharja, menegaskan upaya ini merupakan bentuk koordinasi intensif antara kepolisian, BPBD, TNI, serta instansi lainnya guna memastikan keselamatan warga. Selain itu, relawan lokal berperan aktif membantu proses evakuasi, dengan menyediakan bantuan logistik maupun membantu mengarahkan warga menuju tempat yang lebih aman.
Namun, tantangan dalam distribusi logistik ke wilayah-wilayah yang terisolasi. Beberapa desa terputus aksesnya akibat longsor dan banjir memerlukan bantuan tambahan berupa alat berat untuk membuka jalur evakuasi. Komunikasi aspek penting untuk memastikan koordinasi berjalan lancar antara tim penyelamat di lapangan dan pusat komando. Pemerintah daerah Sukabumi mengimbau masyarakat tetap tenang dan mengikuti arahan petugas agar proses evakuasi berjalan lebih efektif. Peran aktif semua pihak, pemerintah, aparat keamanan, hingga masyarakat lokal, bukti nyata solidaritas menghadapi bencana ini.
Kerugian dan Dampak: Infrastruktur hingga Psikologis Warga
Kerugian akibat banjir dan longsor ini mencakup:
Kerusakan Infrastruktur
Banjir dan longsor di Sukabumi menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur. Salah satu jembatan utama yang menghubungkan antarwilayah ambruk, sehingga memutus akses transportasi darat bagi warga setempat. Sejumlah ruas jalan tertutup oleh material longsor, seperti tanah, batu, dan pohon tumbang, membuat mobilitas menjadi lumpuh total. Rumah-rumah warga banyak di antaranya mengalami kerusakan berat hingga tak bisa dihuni. Kondisi ini mempersulit aktivitas sehari-hari warga, termasuk proses evakuasi dan distribusi bantuan ke wilayah terdampak. Dibutuhkan waktu cukup lama dan biaya besar untuk memperbaiki kerusakan ini, sehingga peran pemerintah dan donatur sangat penting dalam pemulihan infrastruktur.
Gangguan Ekonomi
Aktivitas ekonomi di wilayah terdampak lumpuh total akibat banjir dan longsor ini. Petani kehilangan mata pencaharian karena lahan pertanian terendam air atau tertutup material longsor. Komoditas pertanian siap panen pun rusak sehingga menimbulkan kerugian besar bagi para petani. Pedagang kecil menghadapi tantangan besar akses jalan terputus membuat distribusi barang tidak memungkinkan. Pasar-pasar lokal yang menjadi pusat aktivitas ekonomi ditutup akibat genangan air. Gangguan ekonomi ini dirasakan oleh warga setempat, dan berdampak pada rantai pasokan barang ke wilayah lain. Pemulihan ekonomi membutuhkan waktu, untuk membangun kembali infrastruktur pendukung dan menghidupkan kembali aktivitas perdagangan.
Trauma Psikologis
Selain dampak fisik dan ekonomi, banjir dan longsor meninggalkan trauma pada warga, terutama anak-anak. Ketakutan dan kecemasan pengalaman yang sulit dihindari, saat menghadapi situasi darurat seperti evakuasi di tengah malam atau terjebak di rumah yang terendam air. Banyak anak-anak menjadi saksi dari kerusakan di sekitar, seperti rumah roboh atau kehilangan barang-barang berharga milik keluarga. Warga dewasa pun tidak luput dari tekanan psikologis, ketidakpastian masa depan pascabencana. Dalam kondisi ini, dukungan psikososial salah satu kebutuhan mendesak yang diberikan, oleh pemerintah maupun organisasi kemanusiaan, untuk membantu warga pulih secara mental dan emosional.
Langkah Penanganan: Sinergi BPBD dan Aparat Setempat
BPBD Kabupaten Sukabumi bergerak cepat menanggulangi dampak banjir dan longsor yang melanda berbagai wilayah. Salah satu langkah yang dilakukan assessment menyeluruh untuk mengidentifikasi jumlah korban, tingkat kerusakan, dan kebutuhan mendesak di lapangan. Proses ini melibatkan tim gabungan dari personel BPBD, aparat kepolisian, dan relawan setempat. Dengan memanfaatkan data ini, distribusi bantuan dilakukan lebih terarah dan efisien, sehingga tidak ada warga terdampak yang terabaikan. BPBD mendirikan posko-posko siaga bencana di titik-titik strategis berfungsi sebagai tempat pengungsian sementara sekaligus pusat koordinasi penanganan darurat.
Distribusi bantuan logistik prioritas utama penanganan bencana ini. Aparat setempat bersama relawan mengirimkan makanan, air bersih, selimut, pakaian, hingga obat-obatan ke lokasi pengungsian. Proses distribusi ini menghadapi tantangan berat, seperti akses jalan terputus akibat longsor atau genangan air masih tinggi. Namun, sinergi antara BPBD dan berbagai pihak memastikan bantuan tetap sampai kepada warga terdampak. Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Sukabumi, Deden Sumpena, menegaskan pihaknya bekerja keras memastikan semua warga terdampak mendapatkan akses bantuan merata. Ia memberikan imbauan kepada Masyarakat tetap waspada terhadap potensi bencana susulan dan mengikuti arahan petugas di lapangan. Memberikan bantuan fisik, rasa aman dan dukungan moral bagi para korban yang menghadapi masa sulit.
Mitigasi Bencana: Pelajaran Penting dari Banjir Sukabumi
Bencana banjir dan longsor ini menekankan pentingnya mitigasi bencana, termasuk:
- Pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai): Memastikan sungai bebas dari sampah dan sedimentasi.
- Rehabilitasi Lingkungan: Penghijauan kembali area hutan yang gundul.
- Edukasi Warga: Peningkatan kesadaran warga memahami risiko bencana dan langkah mitigasinya.
Kesimpulan
Banjir dan longsor yang melanda Sukabumi ujian berat bagi infrastruktur dan kemampuan logistik, dan menguji kekompakan masyarakat menghadapi situasi darurat. Solidaritas yang ditunjukkan berbagai pihak, mulai pemerintah daerah, aparat keamanan, hingga relawan lokal, gambaran nyata bagaimana kerja sama menyelamatkan nyawa dan meminimalkan kerugian lebih besar. Proses evakuasi dilakukan di tengah keterbatasan sumber daya dan kondisi alam tidak mendukung menunjukkan semangat gotong royong tinggi. Relawan dari berbagai komunitas turun langsung membantu, mengevakuasi warga hingga mendistribusikan bantuan logistik. Membuktikan semangat kebersamaan fondasi utama masyarakat menghadapi bencana.
Bencana ini pengingat pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi risiko bencana di wilayah rawan seperti Sukabumi. Perencanaan jangka panjang, seperti pembuatan jalur evakuasi lebih aman, peningkatan kualitas infrastruktur, serta pelatihan tanggap bencana untuk masyarakat, langkah-langkah yang tidak boleh diabaikan. Kesadaran lingkungan perlu ditingkatkan, dalam menjaga kelestarian hutan dan daerah resapan air untuk mengurangi risiko banjir dan longsor di masa depan. Dengan adanya koordinasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat, diharapkan Sukabumi pulih lebih cepat dari dampak bencana ini dan menjadi wilayah yang tangguh menghadapi tantangan serupa di masa mendatang.